Kamis, 02 Oktober 2014
Bagi sebagian besar orang, tidur merupakan kegiatan yang dapat membuat mereka merasa damai dan tenang. Namun bagi sebagian orang lainnya, seringkali muncul perilaku aneh saat tertidur. Menurut beberapa penelitian, hal-hal ini terjadi tergantung pada kegiatan yang mereka lakukan di siang harinya. Gangguan ini sendiri disebut dengan parasomnia atau melakukan hal aneh saat tidur.
Seperti dilansir dari boldsky.com, inilah perilaku aneh yang biasanya dilakukan saat tertidur.
Berjalan saat tidur
Perilaku yang juga dikenal dengan istilah sleepwalking ini umumnya terjadi pada anak-anak dengan kelompok usia 4-8 tahun dan berlangsung hingga usia remaja. Gejala lain yang biasanya mengiringi adalah buang air kecil di lemari.
Merasa seperti jatuh
Seringkali ketika Anda tidur, Anda akan merasa seperti akan terjatuh atau dikenal dengan istilah hypnagogic. Diperkirakan ditemukan hampir 70% orang mengalami gangguan ini. Hypnagogic sering terjadi karena Anda berhalusinasi akan suara keras atau sensasi jatuh yang berasal dari otak Anda.
Sleep paralysis
Sleep paralysis atau badan terasa seperti ditindih saat tidur sering dikaitkan dengan hal misteri. Padahal sebenarnya gangguan ini terjadi karena Anda mengalami gangguan pernapasan beberapa detik saat tidur. Sehingga sleep paralysis juga diiringi dengan kesulitan untuk berbicara.
Sleep eating
Selain berjalan saat tidur, sleep eating atau makan saat tidur juga menjadi perilaku tidur yang cukup umum. Orang dengan gangguan ini akan cenderung untuk makan dalam jumlah besar namun tidak disadari.
Night terrors
Gangguan tidur ini mirip dengan mimpi buruk. Namun gangguan ini tidak dianggap sama dengan mimpi sebab hal ini adalah reaksi dari ketakutan yang tersimpan di alam bawah sadar Anda.
Sleep talking
Berbicara saat tidur atau somniloquy terjadi ketika seseorang tidur namun tiba-tiba membuat suara atau seperti berbicara. Biasanya terdapat beberapa alasan medis yang mendasarinya.
Itulah gangguan yang biasanya terjadi ketika Anda sedang tidur. Apakah Anda mengalami salah satu di antaranya?
Minggu, 22 Desember 2013
Kuburan Unik Asli Indonesia
Berikut adalah kuburan-kuburan unik asli Indonesia :1. Batu Lemo, Tana Toraja
Tempat pekuburan atau persemayaman jenazah berbentuk lubang-lubang pada dinding cadas. Tempat ini merupakan hasil kreasi manusia Toraja yang luar biasa. Bagaimana tidak, persemayaman yang telah ada sejak abad ke-16 itu dibuat dengan cara memahat. Saat itu, tentu dengan peralatan yang sangat sederhana. Lemo terletak di desa (lembang) Lemo. Sekitar 12 kilometer sebelah selatan Rantepao atau enam kilometer sebelah utara Makale. Dinamai Lemo karena beberapa model liang batu itu berbentuk bundar dan berbintik-bintik menyerupai buah jeruk atau limau. Kuburan-kuburan batu itu disebut juga sebagai liang paa’. Ada 75 lubang pada dinding cadas. Beberapa di antaranya memiliki patung-patung berjajar yang disebut tau-tau. Patung-patung itu adalah lambang kedudukan sosial, status, dan peran mereka semasa hidup sebagai bangsawan setempat. Obyek ini ramai dikunjungi sejak tahun 1960. Selain menyaksikan kuburan batu, wisatawan juga dapat membeli berbagai sovenir atau berjalan jalan sekitar obyek tersebut menyaksikan buah buah pangi yang ranum kecoklatan. Buah-buah itu siap diolah dan dimakan sebagai makanan khas suku Toraja yang di sebut pantollo pamarrasan.
2. Kuburan Bayi Kambira, Tana Toraja
Di Kambira masih di wilayah Tana Toraja ada kuburan bayi, berupa pohon besar yang dilubangi, jenazah si bayi setelah dibalsem dan dibungkus , lalu dimasukkan ke dalamnya dan lobang ditutup dengan anyaman ijuk.
3. Batu Karang Terjal Londa, masih di Tana Toraja
kuburan sisi batu karang terjal adalah salah satu sisi dari kuburan itu berada di ketinggian dari bukit mempunyai gua yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan di kelompokkan berdasarkan garis keluarga. Disisi lain dari lusinan tau-tau berdiri secara hidmat di balkon.
4. Trunyan, Bali
Sebagaimana masyarakat Bali umumnya, Warga Desa Trunyan juga mengenal ngaben, namun di di desa ini mayatnya tidak dibakar. Di sini mayat mereka taruh begitu saja di sebuah areal hutan. Anehnya, mayat itu tak akan mengeluarkan bau busuk walaupun sudah disana selama berbulan-bulan. Mengapa mayat yang menggeletak begitu saja di sema itu tidak menimbulkan bau? Padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut? Hal inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata ini. Nah, konon sebabnya, di areal hutan tersebut terdapat sebuah pohon yang dikenal bernama Taru Menyan yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Trunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.
5. Makam Dayak Benuaq
Berkunjung ke kampung suku dayak Benuaq ataupun suku dayak Bentian di pedalaman Kalimantan Timur. Kuburan akan mudah ditemukan di halaman samping atau tepi jalan menuju kampung orang Dayak Benuaq. Kuburan orang Benuaq atau Bentian tidak didalam taah seperti layaknya suku lain. Ketika pertama meninggal mereka akan dimakamkan didalam kotak yang di sangga oleh tiang atau di gantung pada tali. kemudian setelah beberapa tahun kuburan itu dibuka lagi lalu tulang belulang si mati di doakan lalu di masukan kedalam kotak bertiang yang permanent. Biasanya tiap keluarga mempunyai kuburannya masing-masing dan kebanyakan letaknya disamping rumah keluarga, tidak dipekuburan umum seperti kebanyakan di kota atau kampung lain. Hampir tiap malam terdengar musik pemanggil arwah orang yang sedang mengadakan upacara Beliatn tarian dan mantra penyembuhan untuk anak ataupun untuk mendoakan orang meninggal
6. Makam Raja-raja Imogiri, Yogyakarta
Memasuki makam raja-raja Mataram jelas tidak sama dengan memasuki pemakaman umum. untuk masuk ke makam Sultan Agung, maka selain harus mengenakan pakaian adat Jawa, kita harus melepas alas kaki, juga harus melalui tiga pintu gerbang. Bahkan yang bisa langsung berziarah ke nisan para raja itu pun terbatas pada keluarga dekat raja atau masyarakat lain yang mendapat izin khusus dari pihak Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta. Oleh karena itu, peziarah awam yang tidak siap mengenakan pakaian adat Jawa, terpaksa hanya bisa melihat pintu gerbang pertama yang dibuat dari kayu jati berukir dan bertuliskan huruf Jawa berusia ratusan tahun, dengan grendel dan gembok pintu kuno. Hanya para juru kunci pemakaman itu yang bisa membuka gerbang tersebut. Jika toh masyarakat awam bisa melihat ”isi” di balik pintu gerbang pertama, itu pun ketika keluarga raja datang, pintu gerbang dibuka lebar, dan masyarakat bisa melongok sebentar sebelum gerbang itu ditutup. Rasa penasaran itu pula yang menyebabkan misteri makam raja Mataram tetap terpelihara.
Patung patung peninggalan suku aborigin asli
Populasi Suku Aborigin Di Benua Australia Sekarang Memang Sulit Didapatkan Atau Bisa Dikatakan Sudah Jarang. Namun Apa Yang Mereka Tinggalkan Sangatlah Berseni. Buktinya Dengan Beberapa Ukiran Patung Manusia Yang tingkat kesulitannya sangat tinggi.Dibuat pada awal abad ke – 18 oleh William Ricketts Pemahat Yang Diangkat Sebagai suku Aborigin Karena Kedekatannya Dengan Kehidupan Mereka. Terbuat dari kayu pohon yang berada di hutan hujan Australia, sebuah maha karya tercipta.
Karya Tersebut Merupakan Gambaran Kehidupan Suku Aborigin Yang Diabadikan Oleh William Ricketts Dalam Pahatannya. Seorang Keturunan Australia Asli Yang Sudah Menjadi Bagian Dari Suku Aborigin.
Patung-patung memukau ini adalah karya dari William Ricketts, seorang keturunan asli Australia yang lahir pada tahun 1898 yang kagum terhadap hubungan orang suku Aborogin dengan tanah mereka.
Jumlah pahatan tanah liat, yang dibuat di situs Ricketts di rumahnya di Gunung Dandenong, dekat Olinda, mengekspresikan filosofi yang saleh bahwa semua orang perlu untuk bertindak sebagai penjaga lingkungan alam seperti yang orang – orang Aborigin lakukan.
Ricketts memperoleh pemahaman yang mendalam tentang budaya Aborigin selama perjalanannya ke Australia Tengah, di mana ia tinggal dengan orang Pitjantjatjara dan Arrernte dari tahun 1949 -1960. Mereka segera mengadopsi dia sebagai salah satu dari bagian mereka sendiri dan rela berpose menjadi patung – patung yang akan menjadi warisan mereka.
William Ricketts meninggal pada tahun 1993 pada usia lanjut 94 tahun, Walaupun begitu, ia akan selalu dikenang sebagai seorang tokoh, Ia dihiasi sekitar pakis tenang celah karang, selamanya terhubung baik dengan keluarga dan tanah yang begitu ia cintai.
Selasa, 17 Desember 2013
Sejarah Kamera Canon
Seperti semua perusahaan-perusahaan besar dari jepang lainnya, Canon dimulai oleh seseorang yang biasa saja.
Goro Yoshida (1900-1993) dilahirkan di Hiroshima dan tidak pernah
tamat SMA. Dia lah yang menjadi cikal bakal adanya kamera Canon. Dia
bekerja disebuah perusahaan tempat developing film dan tempat perbaikan
kamera. Selama masa dia bekerja dia pernah membongkar kamera yang
sangat tenar waktu itu, Leica. Leica adalah kamera buatan Jerman dan
harganya sangat tinggi hingga digambarkan dengan gaji tertinggi lulusan
dari universitas paling elit saat itu adalah 70 yen dan harga sebuah
kamera Leica adalah 420 yen. (gila dong..)
Yoshida mempelajari isi dari kamera tersebut dan dia kesal setelah
melihat isi dari kamera tersebut. Didalamnya tidak terdapat barang
yang mahal seperti berlian. Semua benda mekanik terbuat dari kuningan,
alumunium, besi, dan karet. Dia kesal karena mengapa material yang
harganya sangat murah bisa menjadi benda yang sangat mahal.
Bersama dengan iparnya Saburo Uchida (1899-1982) dan Takeo Maeda
(1909-1977), Yoshida mendirikan Precision Optical Instruments
Laboratory pada tahun 1933 dan berhasil membuat kamera 35mm rangefinder
prototype yang dinamakan Kwanon “Leica model II”.
Nama “Kwanon” diambil dari dewa umat Buddha yaitu Kwannon dewa
pengasih. Dan bahkan lensanya pun diberi nama “Kyasapa” yang diambil
dari Mahakyasapa yaitu murid dari Buddha.
Namun pada tahun 1934, Yoshida mengundurkan diri dari laboratorium
itu, karena dia berfikir bahwa Precision Optical Instruments
Laboratory sudah tidak seperti yang dia inginkan.
Dengan semakin banyaknya penelitian, Precision Optical Instruments
Laboratory merasakan bahwa mereka tidak menemukan kemajuan dalam
memproduksi lensa yang notabene hal ini adalah yang paling penting
dalam pembuatan kamera. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
bekerjasama dengan perusahaan pembuat lensa Nippon Kogaku Kogyo (yang
sekarang menjadi Nikon Corp.) Nippon Kogaku adalah perusahaan besar
pembuat peralatan optik yang secara khusus menangani peralatan militer
pada saat itu. Dan kebetulan dibawah kepemimpinan perusahaan yang baru,
mereka akam mencoba pasar domestik. Sehingga ajakan Precision Optical
Instruments Laboratory untuk bekerja sama dalam membuat kamera mendapat
sambutan yang sangat baik. Kerja sama mereka menghasilkan produk masal
pertama mereka yang diberi nama “Hansa Canon”
Pada February l936 Hansa Canon dengan lensa Nikkor 50mm f3.5 resmi
diluncurkan dan dipasarkan ke publik Jepang dengan harga 275 yen dan
diumumkan sebagai kamera 35mm rangefinder buatan jepang pertama dengan
kualitas tinggi.
Setelah itu nama kwanon berubah menjadi Canon.
Untuk membantu pemasarannya waktu itu, Precision Optical
Instruments Laboratory bekerja sama dengan Omiya Shashin Yohin Co.,
Ltd. (Toko kamera dan accesories Omiya) Dan bahkan nama Hansa pada
Hansa Canon merupakan merk dagang yang diberikan oleh Omiya sendiri.
Seiring perkembangannya nama perusahaan pemegang merk Canon
mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada Juni l936 Precision
Optical Instruments Laboratory berubah menjadi Japan Precision Optical
Instruments Laboratory. Pada 10 Agustus 1937 Japan Precision Optical
Instruments Laboratory merubah bentuk kepemilikan perusahaan tersebut
menjadi perusahaan saham gabungan, dan merubah nama perusahaan tersebut
menjadi Precision Optical Industry Co., Ltd dan tanggal tersebut
ditentukan sebagai tanggal lahir Canon Inc.
Takeshi Mitarai (1901-1984) yang pada waktu itu sebagai presiden
dari Precision Optical Industry Co., Ltd mendengar keluhan dari
konsumen yang sulit mengingat nama perusahaan produsen kamera Canon
mereka, sehingga Mitarai memutuskan merubah nama Precision Optical
Industry Co., Ltd menjadi Canon Camera Co., Ltd pada 15 September 1947 .
Perkembangan kamera Canon sangat positif hingga dikabarkan bahwa
kualitas kamera Canon sebanding dengan kamera Leica. Hingga pada tahun
1954, Leica mengeluarkan produknya “Leica M3″ yang berhasil memukul
mundur semua kompetitor nya saat itu. Canon pun merasa harus mencari
jalan lain agar bisa tetap menjadi pemimpin di pasar kamera.
Dan pada akhirnya Canon Camera Co., Ltd memutuskan untuk
berkonsentrasi pada pengembangan kamera Single Lens Reflex (SLR) karena
mereka pikir bahwa dengan pemikiran dan pengembangan meraka, kamera
SLR bisa sangat unggul dari kamera Rangefinder. Pada Mei 1959 Canon
meluncurkan Canonflex sebagai SLR pertama mereka. September 1968
produksi kamera Canon Luxury 35mm rangefinder yang sudah menjadi
tradisi Canon sejak kamera perdana mereka Kwanon, resmi discontinue yang menjadikan type “7S” sebagai produk 35mm Rangefinder Hi-end terakhir dari Canon.
Pada ulang tahun Canon Camera Co., Ltd yang ke 30, presiden Mitarai berkata dalam pidatonya,
” Untuk memperkokoh kemakmuran perusahaan kita tahun ini, kita
harus memegang kamera di tangan kanan, mesin-mesin bisnis dan peralatan
optik khusus di tangan kiri. Pada saat yang sama, kita harus secara
substansial meningkatkan ekspor kita”.
Dan perkataan itu menjadi pedoman perusahaan sehingga pada 1960
mereka secara resmi mulai memasuki bidang elektronik seperti mesin
fotokopi, peralatan optik khusus dan lain sebagainya. Sehingga pada 1
Maret 1969 Canon Camera Co., Ltd kembali merubah nama mereka menjadi Canon Inc sampai sekarang.
1. Kwanon, kamera pertama Canon. (1933)
Kwanon 35mm Rangefinder adalah cikal bakal kamera Canon yang
iklannya pertama muncul di Asahi Camera Magazine tahun 1934. Kamera ini
tidak pernah diproduksi masal, dan bahkan apa yang ada pada majalah
adalah merupakan model kayu saja tanpa bisa di operasikan. Namun
Yoshida sang founder mengaku pernah membuat prototype Kwanon sebanyak
10 buah.
2. Hansa Canon, kamera produksi masal pertama Canon. (1936-1939)
Hansa Canon 35mm Rangefinder adalah kamera produksi masal pertama
yang dijual secara komersil oleh Presision Optical Instrument
Laboratory (nama awal Canon Inc) yang merupakan hasil kerjasama dengan
Nippon Kogaku Kogyo (cikal bakal Nikon Corp). Hansa adalah merk dagang
dari perusahaan distributor kamera Omiya Shashin Yohin Co., Ltd yang
menjadi agen tunggal penjual kamera tersebut. Kamera ini adalah kamera
pertama buatan Jepang.
3. Canon Seiki Kogaku, kamera 35mm Rangefinder (1939-1944)
Adalah kamera yang sama dengan Hansa Canon namun tanpa gravir
“Hansa” pada body kamera setelah Omiya Shashin Yohin Co., Ltd
memutuskan untuk hanya memakai nama Canon dalam kamera tersebut. Dan
seterusnya ditambahkan gravir Seiki-Kogaku pada body kamera. Beberapa
model yang dikeluarkan adalah “Standard Model,” “S atau Newest Model,”
“J atau Popular Model” and “NS atau New Standard Model.”
4. Canon Seiki Kogaku (post war), kamera 35mm Rangefinder (1946-1968)
Line up kamera Canon di masa kebangkitan kembali setelah sempat berhenti berproduksi selama puncak perang dunia kedua.
Produk pertama yang mereka produksi kembali setelah perang (post
war) adalah type “J II” yang merupakan kelanjutan dari type “J”
terdahulu. Namun semua part yang digunakan merupakan sisa2 dari
produksi type “J” mereka terdahulu.
Dengan terus bertambahnya keuntungan dari perusaan, pada oktober
1946 mereka berhasil meluncurkan type “S II” yang merupakan type
orisinil buatan Canon dan tidak meniru dari model Leica lagi. Pada type
ini mereka sudah memakai lensa buatan mereka sendiri dengan nama
“Serenar”(yang sebelumnya memakai lensa buatan Nippon Kigaku yang
bernama Nikkor Lens). Pengembangan ini sebetulnya sudah dilakukan sejak
1937 oleh engineer mereka.
Selama masa ini juga dilakukan pengembangan terhadap teknologi
yang digunakan pada kamera buatan mereka. Seperti pada type “II B”
dilakukan pengembangan pada viewfinder kamera menjadi 3 pilihan mode.
Sehingga pemakaian viewfinder dapat di sesuaikan dengan lensa yang
berbeda. Pengembangan inilah yang dijadikan sebagai tonggak awal dari
pengembangan lainnya oleh Canon. Banyak pengembangan yang terjadi
setelahnya pada kamera Canon, seperti:
- Slow speed Shutter;
- Fast shutter speed;
- Fix Focal Plane Shutter;
- Electronic Flash Syncronization;
- Penggantian roll kamera di belakanga kamera (sebelumnya dari bawah)
- Pengembangan lensa Serenar 50mm f1.8 type Gaussian menjadi tanpa flare yang selanjutnya membuat lensa tersebut menjadi Historical Masterpiece Lens. Dan nama Serenar digantikan dengan Canon pada body lensa pada pengembangan selanjutnya.
- Fast winding trigger
- Built-in exposure meter
Seiring dengan banyaknya pengembangan2 yang dilakukan oleh tim
engineering Canon terhadap kamera mereka, membuat kualitas kamera 35mm
Rangefinder buatan mereka menjadi sangat baik. Salah satu contohnya
adalah type “IV Sb2″ yang mempunyai Electronic Flash Sync pertama.
Model ini dinilai sebagai Masterpiece-nya Canon dan bahkan karena model
inilah Canon sempat juga dinyatakan sejajar dengan Leica pada waktu
itu, sebelum akhirnya Leica mengeluarkan type “M3″
Kehadiran “M3″ membuat para engineer dari Canon merasa terancam.
Mereka menilai “M3″ dikerjakan dengan sangat sempurna. Hingga mereka
merasa tidak yakin akan tetap bisa bertahan jika tetap mempertahankan
untuk tetap memroduksi kamera 35mm Rangefinder. Dengan alasan itulah
Canon mulai serius untuk mendalami kamera Single Lens Reflex (SLR).
Meski mereka sudah serius dalam penggarapan SLR, namun Canon tetap
memproduksi Hi-end 35mm Rangefinder. Dua type terakhir mereka “7″ dan
“7S” ternyata sangat berhasil dan sangat diminati oleh para pengguna
kamera saat itu. Namun kesuksesan itu tidak semata-mata membuat Canon
tetap bertahan pada produksi 35mm Rangefinder. “7S” adalah kamera
Luxurius 35mm Rangefinder produksi terakhir dari Canon sekaligus menutup
32 tahun tradisi Canon dalam memproduksi Luxury 35mm Rangefinder
Camera mereka sejak pertama kali Kwanon dibuat.
5. Canon 35mm film lens shutter camera, (1961-2005)
Ketika Canon memulai untuk berpindah produksi mereka dari 35mm
Rangfinder menjadi SLR, Canon mulai mencari alternatif lain untuk bisa
sedikitnya menggantikan posisi 35mm Rangefinder mereka.
Canon merasa reputasi mereka dalam pembuatan kamera 35mm
Rangefinder sangat diakui oleh para konsumen. Hingga akhirnya mereka
memutuskan untuk memproduksi kamera jenis ini sebagai range produk
mereka. Pada januari 1961 mereka meluncurkan Canonet sebagai Canon’s
first intermediate-class, Lens-Shutter 35mm camera. Dan keberhasilan
pendahulunya tetap bisa diikuti oleh Canonet. Hal itu dibuktikan dengan
prestasi penjualannya dalam 2,5 tahun Canonet sudah terjual sebanyak
1juta buah.
Pada september 1969 olimpus-pen merupakan kamera pertama di jepang
dengan format Half Frame. Dan pada Februari 1963 Canon meluncurkan
DEMI. DEMI di ambil dari bahasa Francis yang artinya setengah. Canon
membangun DEMI untuk lebih melebarkan pasar Canon dalam hal penjualan
kamera. Diluncurkannya Canonet dan Demi adalah awalan untuk banyak
perubahan kedepan. Canonet dan Demi adalah cikal bakal dari kamera
poket yang sering kita pakai sekarang. Meskipun Canonet dan Demi
ditunjukan untuk pasar menengah, namun dalam perkembangannya Canon
tetap menawarkan format kamera jenis ini dalam berbagai varian dan
segmen pasar. Berikut adalah beberapa jenis pengembangan dari jenis
kamera tersebut:
- Canonet (1961-1972)
- Demi (1963-1967)
- Snappy (1982-1998)
- ELPH (1996-2002)
- SureShot (1979-2005)
6. Canon Single Lens Reflex (SLR), kamera SLR buatan Canon(1959-2004)
Sejak Canon memutuskan untuk berpindah ke jalur ke SLR, sebetulnya pada waktu itu sudah ada 8 model SLR yang beredar dipasaran.
Canon Flex adalah SLR pertama buatan Canon yang diluncurkan pada
Mei 1959. Kamera ini menggunakan mount lensa dengan type R. Sehingga
semua kamera dengan mount type ini dinamakan kamera seri R. Kamera seri
R yang diluncurkan adalah “Flex”, “Flex RP”, “Flex R2000″, “Flex RM”.
Pada tahun yang sama tepatnya bulan Juni, Nikon juga meluncurkan produk
mereka yaitu “Nikon F” (kamera SLR pertama buatan Nikon).
Canonex adalah kamera Canon Lens Shutter (shutter pada lensa)
pertama dan terakhir yang di produksi oleh Canon. Kamera ini dibuat
karena pada waktu itu pasar eropa sangat tinggi permintaanya pada
kamera jenis tersebut. Pada kamera ini masih menggunakan mount lensa
jenis S (mounting lensa berbentuk ulir dengan standar kamera Leica).
EXee adalah type kamera pertama di jajaran kamera Canon dengan
fasilitas elemen depan kamera yang bisa di tukar (interchangeable)
dengan sistem ulir atau type EX namun rear elemen (lensa bagian
belakang) tetap menempel pada body. Diluncurkan pada oktober 1969,
kamera ini adalah seri pertama dengan seri EX. Kamera yang diluncurkan
dengan mount lensa EX adalah “EXee” dan “EX AUTO”(februari 1972).
F-1 merupakan kamera pembuka tradisi Top-of-the line Canon pada
line-up SLR. Diluncurkan pada Maret 1971 “F-1″ diciptakan untuk pemakai
kelas Pro. Mempunyai ketahan yang tinggi terhadap perubahan suhu dan
cycle mencapai 100000. F-1 merupakan kamera pertama yang memperkenalkan
mount FD pada pengguna kamera SLR Canon. Yaitu pengembangan mounting
lensa setelah FL. Kelebihan pada mounting ini adalah sudah menggunakan
aperture otomatis dan sistem pengunci lensa yang menggunakan sistem
breach lock ring. Kehandalan F-1 sangat diakui oleh para pengguna
kamera. Namun karena kamera tersebut ditunjukan untuk kalangan
profesional, harga yang ditawarkan menjadi ganjalan.
Hingga akhirnya dengan spek yang hampir sama namun dengan harga
yang cukup rasional Canon mengeluarkan FTb untuk menjawabnya. Meski
tidak sehebat F-1, FTb terbukti mampu menjawab keinginan pasar terhadap
kamera SLR. FTb berhasil terjual sebanyak 1juta unit hanya dalam waktu
3 tahun sejak kamera ini diluncurkan. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, pengembangan SLR juga berkembang kearah positif.
Penggunaan elektronik dan mikroprosessor mulai diterapkan dalam
teknologi SLR agar lebih mudah untuk digunakan oleh para penggunanya.
A-1 adalah pengembangan dari AE-1 (kamera dengan Auto Exposure
Canon pertama). Pada A-1 sistem elektronik mulai disempurnakan dengan
digunakannya mikrokomputer pada kamera untuk pengaturan shutter
speed-priority AE dan mode aperture-priority AE, juga mode fully
automatic program AE. Penggunaan mikrokomputer pada kamera oleh Canon
merupakan yang pertama didunia. Penggunaan mikrokomputer sangat membantu
memudahkan pemakaian kamera. Selain itu mikrokomputer membuat biaya
produksi terbilah murah, karena banyak hal yang terintegrasikan
didalamnya. Dengan adanya perkembangan yang cukup signifikan tersebut,
Canon ingin tetap memberikan yang terbaik pada jajaran Top-of-the-line
nya sehingga Canon kembali meliris New F-1 pada september 1981, seputuh
tahun semenjak F-1 diluncurkan. New F-1 mempunyai durability dan
leability yang sama dengan pendahulunya, namun dilakukan penyempurnaan
dengan ditambahkan mikrokomputer dan proses pembuatan body dan optik
yang lebih sempurna.
Perkembangan elektronik sangat menguntungkan, hal ini dibuktikan
dengan dikeluarkannya model T80 pada April 1985. T80 adalah kamera
Canon pertama dengan kemampuan Auto Focus. Untuk bisa melakukan AF,
Canon meliris T80 dengan lensa khusus yang dinamakan AC lens. Lensa ini
mempunyai mount FD namun mempunyai koneksi sinyal elektrik terhadap
bodi dan mempunyai motor pada lensa nya. T80 adalah generasi ketiga
pada jajaran T series.
Pada Februari 1985, semenjak T80 diluncurkan Minolta
memperkenalkan AF yang sebenarnya kamera 35mm SLR, “Minolta a-7000,”
diikuti “Minolta a-9000″ pada bulan September, sementara Nikon merilis
kamera “Nikon F-501″ pada April 1986. Permintaan pasar menjadi sangat
tinggi semenjak kamera itu diluncurkan, dan bahkan semenjak Nikon
meliris “F-501″ nya, 50% pasar dikuasai oleh kamera AF. Meskipun Canon
sudah meliris T80, tapi kecepatan fokusnya sangat jauh dibanding dengan
Minolta dan Nikon. Pada maret 1985 Canon memutus kan untuk
mengembangkan kamera AF sebenarnya untuk bisa diliris pada 1 Maret 1987
yang bertepatan dengan ulang tahun Canon yang ke 50.
Sesuai dengan janji nya, setelah dua tahun melakukan research
akhirnya pada tanggal 1 Maret 1987 project EOS pertama mereka
diluncurkan diluncurkan. EOS (Electronic Optical System) yang diambil
dari nama dewa Fajar kepercayaan yunani kuno, yang juga berarti
generasi baru dari kamera SLR. Pada generasi EOS, hampir semua aspek
diperbaharui diantaranya sensor fokus yang sangat sensitif, BASIS
(Base-Stored Image Sensor), motor yang sangat tinggi, dan
memperkenalkan supermikrokomputer yang mendukung komputasi dan kontrol
yang super cepat. Tidak hanya perubahan pada body, lensa pun mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Jenis lensa yang dipakai memakai
mounting EF (electronic focus). Jenis menggunakan koneksi secara
elektrik antara body kamera dan lensa. Selain itu pada jajaran lensa EF
diperkenalkan juga USM (Ultrasonic Motor) yang pertama kali
dikomersialkan di dunia sebagai aktuator auto focus.
Satu bulan sebelum peluncurannya, “EOS 650″ ditunjukkan kepada
publik di Jepang Kamera Show di Tokyo dan mendapatkan sambutan yang
hangat dan menarik. Pada bulan Mei, dua bulan setelah memasuki pasar,
“EOS 650″ berhasil merebut pangsa pasar teratas tidak hanya di Jepang,
tetapi juga di Eropa. Selain itu, “EOS 650″ mendapatkan Kamera Grand
Prix Jepang dan pada tahun yang sama European Camera ’87/’88 Award
berhasil didapatkan juga.
Seiring dengan perkembangan generasi EOS, Canon kembali meliris
kamera Top-of-the-line mereka. Pada september 1989 mereka meluncurkan
EOS 1. Sesuai dengan tradisi angka satu dari Canon, EOS 1 ditunjukan
untuk pemakai profesional. Tidak seperti Canon F-1 yang bertahan selama
10 tahun tanpa banyak perubahan, EOS 1 secara dinamis berubah. Berikut
adalah beberapa perkembangan dari model Top-of-the-line EOS.
- EOS 1N (november 1994) : AF sensor type silang dengan 5 titik fokus;
- EOS 1N HS (november 1994) dilengkapi Power Drive Booster E1
- EOS 1N DP (november 1994) dilengkapi battery pack BP-E1
- EOS 1N RS (maret 1995) dengan fixed semi transparent pellicle mirror sebagai pengganti blank out mirror.
- EOS 1V (maret 2000) dengan 45 titik fokus, 10 fps. EOS 1V adalah merupakan puncak dari perkembangan kamera 35mm film pada jajaran Top-of-the-line dari Canon.
Untuk lebih meluaskan pangsa pasar mereka, Canon tidak hanya
menyasar pasaran profesional namun mereka juga melebarkan sayap untuk
pasar pemula. Kamera SLR Canon yang ditunjukan untuk pasaran pemula
mereka namakan dengan Kiss. Canon EOS Kiss pertama diluncurkan pada
september 1993. Kiss sendiri adalah singkatan dari “keep it smart and
silent”. Meski EOS Kiss ditunjukan untuk pasar pemula, tapi fitur yang
ada seperti AF, mekanisme Exposure dan berbagai macam mode AE tetap
tersedia yang menjadikannya rival terhadap kamera-kamera profesional.
New EOS Kiss diluncurkan pada september 1996 sebagai pengembangan untuk
Kiss sebelumnya dalah hal performance, kemudahan pengoperasian, dan
harga yang lebih rasional. Seperti kakaknya jajaran EOS 1, EOS Kiss
(atau Rebel untuk pasar Amerika) secara dinamis terus berkembang untuk
tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar akan kamera SLR pemula.
Perkembangan paling akhir dari Canon untuk kamera SLR pemula adalah
diluncurkannya Canon EOS Kiss 7 pada september 2004 sebelum akhirnya
semua SLR kamera berpindah pada format Digital.
Sebelumnya kita udah bahas sejarah kamera Canon dari awal sampe
sekitaran 2005. Di perkirakan itu menjadi akhir masa produksi kamera
35mm film. Sekarang saya coba ceritakan sejarah kamera mulai digital
sampai sekarang.. Mulai..
7. Canon PowerShot, jajaran kamera kompak digital Canon (1986-Present)
Awal dari perkembangan kamera digital sebetulnya bukan dimulai
oleh digital, melainkan berawal dari kamera analog magnetic dengan
media penyimpanan pita magnetik atau floppy disk.
Tahun 1981, Sony meluncurkan kamera dengan sistem penyimpanan
magnetik yang dinamakan “Mavica”. Untuk mengantisipasi permintaan
terhadap kamera jenis itu, maka pada bulan oktober 1981 Canon membentuk
tim untuk mengembankan jenis kamera Magnetic Recording Color Still
atau disebut Still Video (SV). Sebagai upaya pengembangan pada tahun
1984, Yomiuri Shimbun yang merupakan salah satu koran Jepang meminta
kepada Canon untuk dapat meliput Olimpiade di Los Angeles. Dengan
persiapan hanya 10 bulan untuk mempersiapan semuanya dari mulai
persiapan pelaksana lapangan sampai persiapan semua peralatan, mereka
siap untuk meliput. Suatu saat ketika meliput maraton pria, telepon
mobile yang digunakan sebagai transmiter gagal beroperasi. Jadi mereka
mencoba mengirimkannya lewat telepon umun. Dan ternyata berhasil.
Maka dengan hasil percobaan pada limpiade Los angeles tersebut
Canon mulai untuk memproduksi kamera dengan sistem penyimpanan magnetik
yang dinamakan RC-701. Pada bulan Juli 1986 RC-701 di launching oleh
Canon. Meskipun sudah banyak perusahaan yang mengembangkan kamera jenis
tersebut semenjak Mavica buatan Sony, namun Canon RC-701 sebagai
kamera magnetic recording still pertama yang di dunia yang dijual
secara umum.
Meskipun kamera magnetic recording still menggunakan sistem
penyimpanan analog, namun cara kerja dan teknologinya merupakan tonggak
awal pengembangan kamera digital hari ini.
Meskipun kelebihan yang dimiliki oleh kamera SV seperti tidak usah
mencuci film sangat menggiurkan, namun kekurangannya yaitu harga jual
yang sangat tinggi sangat mengalahkan kelebihan tersebut. Untuk type
RC-701 dijual dengan harga 390.000 yen.
Hingga akhirnya pada bulan November 1988, Canon meluncurkan RC-250
atau disebut juga Q-PIC dengan harga dibawah seratus ribu yen. Q-PIC
dilengkapi dengan built-in play back function sehingga pengguna bisa
langsung melihat foto hasil jepretan mereka pada televisi mereka
masing-masing. Dengan kelebihannya tersebut, Q-PIC sangat laku terjual
di pasaran eropa dengan merk “ION”.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer, hal ini
sedikitnya memaksa para pelaku electronik untuk bisa mengikuti arus
pendigitalan. Sehingga kamera SV dianggap tidak bisa lagi memenuhi
keinginan pemakainya. Namun pada waktu itu sensor CCD (sensor penerima
gambar) yang banyak digunakan dinilai tidak sanggup untuk menghasilkan
gambar yang baik dan media penyimpanan Compact Flash (CF) yang sangat
mahal pada waktu itu, membuat Canon sempat berfikir bahwa teknologi
digital tidak akan diterima oleh masyarakat luas.
Setelah Canon mengeluarkan kamera SV kualitas tinggi RC-570 pada
april 1992, Canon berhenti memproduksi kamera SV dan beralih pada
kamera digital.
Pada tahun 1995 “EOS DCS” yang merupakan hasil kerjasama dengan
Eastman Kodak diluncurkan. EOS DCS merupakan kamera DSLR pertama buatan
Canon yang ditunjukan untuk pemakai Profesional. Lalu pada Juli 1996
Canon meliris kamera kompak digitak pertama yang ditunjukan untuk
pengguna secara umum yang dinamakan PowerShot 600 dengan media
penyimpanan CF. Dengan diluncurkannya PowerShot 600, ini menandakan
bahwa Canon sudah memulai era digitalnya.
Perkembangan PowerShot sebagai jajaran kamera kompak digital
buatan Canon sungguh sangat memanjakan para penggunanya. Dalam
pengembangannya PowerShot berkembang menjadi beberapa tipe sesuai
dengan peruntukan pasarnya.
- PowerShot (1986-Present)
- PowerShot ELPH (2000- Present)
- PowerShot A (1998-Present)
- PowerShot S (1999-Present)
- PowerShot SX (2007-Present)
- PowerShot G (2000-Present)
- PowerShot Pro (1998-2004)
- PowerShot TX (2007)
8. Canon EOS Digotal SLR, jajaran DSLR Canon (1995-Present)
Awal 90-an merupakan saat dimana gelompang perkembangan dunia
elektronik berpindah menuju digital atau sering disebut saat saat
digitalisasi. Dan bahkan Canon pun dilanda gelombang transisi tersebut.
Disaat Canon akan berpindah menjadi kamera digital, Canon merasa
teknologi digital terlalu mahal untuk bisa di terima oleh masyarakat
luas. Sebagai langkah awal menuju era digital, Canon bekerja sama
dengan Eastman Kodak untuk membangun kamera Digital SLR (DSLR).
Proyek pertama mereka adalah EOS DSC 3 yang diluncurkan pada bulan
juli 1995. Pengembangan EOS DCS 3 mengambil basis kamera EOS 1N dengan
pemakaian sensor gambar CCD (Charge-Coupled Device) high density
sebesar 1,3 megapiksel. Buffer memori berkecepatan tinggi yang besar 16
MB memungkinkan pemotretan terus menerus di 2,7 fps dalam 12-frame
burst. Selain itu, dengan menggunakan hard disk kamera 260 MB, dapat
menyimpan sekitar 189 frame. Ditunjukan untuk pemakai profesional
karena harga jual yang sangat tinggi sekitar 2 juta yen dan EOS 1D
dengan 4,5 MP dijual hanya 750000 yen. Sangat cocok untuk fotografer
olah raga dan berita.
Tidak lama setelah EOS DSC 3 diluncurkan, pada bulan Desember 1995
EOS DSC 1 diluncurkan. Dengan ukuran gambar yang lebih besar, yaitu 6
MP dengan kecepatan 0.6 fps. EOS DSC dijual dengan harga 3,6 juta yen.
Ditunjukan untuk fotografer yang membutuhkan kualitas gambar tinggi.
Seperti fotografer iklan atau landscape.
Diluncurkan pada bulan Maret 1998. Pengembangan kamera DSLR hi-end
Canon generasi ke 3 dengan tanpa embel2 Kodak pada body. Ditunjukan
untuk menggantikan EOS DSC 3 dan dijual dengan harga yang sama.
Canon EOS D2000. Kamera yang masih termasuk jajaran pengembangan EOS 1N. Memakai sensor CCD 2MP dengan 3.5 fps.
Diluncurkan pada bulan desember 1998.
Canon EOS D6000. Dengan sensor CCD 6 MP dengan 1 fps. EOS D6000
merupakan pengganti EOS DSC 1 dengan tanpa tulisan Kodak pada body. Dan
dijual dengan harga yang sama dengan Canon EOS DSC 1.
Setelah 4 produk DSLR Canon diluncurkan untuk kalangan
profesional, Akhirnya pada bulan oktober 2000 Canon EOS D30 dilncurkan.
EOS D30 merupakan kamera DSLR pertama Canon yang diluncurkan untuk
semua kalangan dan juga disebut dengan pembuka era kamera DSLR standar.
EOS D30 merupakan kamera pertama Canon yang menggunakan sensor
CMOS (Complementary metal–oxide–semiconductor). Dengan ukuran gambar
sebesar 3.2 MP dan kecepatan 3 fps dijual dengan harga 385.000 yen.
Sebagai pengembangan dari Canon EOS D30, pada bulan maret 2002
Canon meluncurkan Canon EOS D60. Apa yang baru pada Canon EOs D60
adalah penambahan jumlah pixel menjadi 6 MP dan kecepatan 3 fps.
Seperti halnya EOS D30, Canon EOS D60 pun masih menggunakan body
berbahan plastik. Canon EOS D60 adalah awal dari pengembangan kamera
DSLR Canon semi-profesional atau sering kita sebut dengan Canon DSLR
dua digit.
Pada bulan desember 2001, Canon kembali meluncurkan kembali DSLR
jajaran Top-of-the-line nya dengan meluncurkan Canon EOS 1D dan ini
adalah kamera DSLR top-of-the-line pertama buatan Canon yang tanpa
berkolaborasi dengan produsen lain. Dengan ukuran gambar 4 MP dan
kecepatan 8 fps Canon EOS 1D dijual dengan harga 750.000 yen. Bentuk
bangun EOS 1D mengambil desain EOS 1V sebagai acuan. Sehingga bila kita
tidak melihat huruf D dan LCD yang ada di belakang, akan sedikit sulit
membedakan kedua kamera tersebut. EOS 1D ditunjukan untuk para
fotografer olahraga dan berita.
Pada november 2002, Canon kembali meluncurkan produk
Top-of-the-line nya Canon EOS 1Ds. Penambahan huruf S pada EOS 1Ds
sangat berpengaruh banyak. Menggunakan sensor CMOS dengan ukuran gambar
11 MP dan dengan kecepatan 3 fps, Canon EOS 1Ds ditunjukan untuk
hampir semua jenis fotografer. Kelebihan lain dari sekedar huruf S yang
ditambahkan adalah Canon EOS 1Ds adalah kamera Canon pertama dengan
sensor Full 35mm Frame. Namun dengan besarnya ukuran gambar, Canon EOS
1Ds lebih ditunjukan untuk kalangan fotografer yang menginginkan
kualitas gambar yang tinggi, seperti fotografer studio, iklan, atau
landscape.
Pengembangan terhadap kamera Top-of-the-line Canon, dilakukan
terus sampai sekarang. Penandaan untuk setiap pengembangan adalah
dengan dibubuhkan Mark x (x adalah tanda pengembangan ke berapa).
Beberapa jenis hasil pengembangan Canon EOS 1D adalah:
- Canon EOS 1D (2001)
- Canon EOS 1Ds (2002)
- Canon EOS 1D Mark II (2004)
- Canon EOS 1Ds Mark II (2004)
- Canon EOS 1D Mark II N (2005)
- Canon EOS 1D Mark III (2007)
- Canon EOS 1Ds Mark III (2007)
- Canon EOS 1D Mark IV (2009)
Pada bulan maret 2003, Canon kembali meluncurkan kamera untuk
kelas dua digitnya. Ditunjukan sebagai pengganti Canon EOS D60, Canon
EOS 10D diluncurkan dengan pengembangan yang sangat menggiurkan. Dengan
tetap mengusung sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 3 fps, Canon EOS
10D menggunakan body yang terbuat dari magnesium-alloy. Selain itu
dilakukan penambahan pada titik fokus AF sebanyak 7 point. Canon EOS
10D tercatat sebagai kamera semi-pro pertama dari jajaran kamera Canon.
Berikut beberapa pengembangan dari line-up kamera dua digit Canon.
- Canon EOS 10D (2003) 6MP 3fps
- Canon EOS 20D (2004) 8MP 5fps
- Canon EOS 20Da (2005) 8MP 5fps (japan domestic market)
- Canon EOS 30D (2006) 8MP 5fps
- Canon EOS 40D (2007) 10MP 6.5fps
- Canon EOS 50D (2008) 15MP 6.3fps
Mencoba untuk mengulang kesuksesan mereka pada Canon EOS Kiss 35mm
film SLR, pada september 2003 Canon meliris Canon EOS Kiss digital
(digital Rebel untuk pasar amerika dan tiga digit untuk pasar asia dan
eropa). Canon EOS Kiss Digital / 300D ditunjukan untuk pemakaian
pemula. Dengan sensor APS-C CMOS 6 MP dan kecepatan 2.5fps, Canon EOS
Kiss mampu menyerap pasar dengan sangat baik. Berikut adalah beberapa
pengembangan dari Canon EOS Kiss.
Canon EOS 350D /Kiss N/Rebel XT (maret 2005) 8MP 3fps 7 AF point.
Canon EOS 400D /Kiss X/ Rebel XTi (september 2006) 10MP 3fps 9 AF point.
Canon EOS 450D /Kiss X2/ Rebel XSi (maret 2008) 12MP 3.5fps 9 AF point.
Canon EOS 1000D /Kiss F/Rebel XS (juni 2008) 10MP 3fps 7 AF point.
Setingkat dibawah Canon EOS 1D, Canon meluncurkan kelas baru Full Frame yaitu Canon EOS 5D pada bulan oktober 2005.
Kamera ini ditunjukan untuk Advanced Amateurs yang mencari kamera
dengan kemampuan sensor Full Frame namun dengan ukuran dan berat yang
lebih kecil dari kamera profesional. Dengan ukuran gambar 12.8MP dan
kecepatan 3fps dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan para fotografer
profesional rookie.
Karena kesuksesan Canon EOS 50D dipasaran, pada november 2008
Canon kembali meliris Canon EOS 5D Mark II dengan peningkatan pada
jumlah pixel menjadi 21 MP dan kecepatan 3.9 fps, diharapkan Canon EOS
5D Mark II dapat menuai kesuksesan yang sama dengan pendahulunya.
Langganan:
Postingan (Atom)